Puisi Tilang
Pada suatu sesak,
Aku terhenti di persimpangan pertama
Dicegat oleh aparat karena tidak mengantongi izin Tuhan
Mereka membawa seluruh usahaku ke persidangan dan Sang Hakim
memutuskan bahwa aku salah jalur dan terlalu ugal-ugalan
Saat diberi waktu bicara, aku meminta Sang Hakim agar membawa sedihku juga
–sebagian saja tak perlu semuanya— agar yang tersisa tinggal secukupnya
Usulanku ditolak, tanggungan dalam sebuah perjalanan tidak bisa dikurang –itu adalah aturan
Sedih yang aku punya itu perlahan-lahan aku susun dan aku tumpuk elok-elok agar
tak hancur berantakan
Konon katanya ia akan bertemu damai di sebuah tanah lapang
Ada juga yang bilang segala yang kokoh akan selalu berhasil menguatkan Jadi aku
memampatkan tumpukan hingga tak ada lagi celah untuk bertambah
Usai persidangan, seorang petugas ternyata memberiku surat lulus ujian
dan surat izin melanjutkan perjalanan
Dengan sisa asa yang ada di kantong celana, aku bergegas pergi
ke warung dan membeli rute lain menuju tujuan
Bengkulu- 2024