lebaran

Emak, Lebaran, dan Corona

Le riyoyo taun iki mulih opo ora?” tanya Emak penuh harap. “Insya Allah Mak, mugi-mugi saged wangsul”,    jawabku sekenanya, sekedar membuat emak bahagia.

Emak sangat berharap aku pulang kampung. Berkumpul saat lebaran tiba. Bisa bersua bersama keluarga besar. Beramai-ramai shalat Ied berjamaah. Saling bersilaturahmi dan halal bil halal. Melepas kerinduan satu sama lain. Saling memaafkan dan mengikhlaskan.

Rupanya harapan besar emak pupus sudah. Harapan agar aku ada di tengah-tengah keluarga besar lenyap sudah. Ya! Sejak pandemi Corona melanda, pemerintah membatasi beberapa aktifitas. Tak terkecuali aktifitas rutin lebaran. Pemerintah melarang untuk mudik lebaran. Bagi yang ketahuan akan ada sanksi tersendiri.

Lebaran tahun ini, karena wabah Corona, aku tidak diperkenankan untuk melaksanakan aktifitas seperti layaknya lebaran tahun-tahun sebelumnya. Senantiasa ada suka cita yang khidmat. Tradisi saling berkunjung. Bersilaturahmi saling bermaafan. Saling berkirim kudapan lezat khas lebaran. Berkumpul bersama keluarga besar. Mudik ke kampung halaman. Memakai pakaian baru yang terbaik. Berziarah ke pemakaman. Pembagian angpau lebaran. Segala rupa hiruk pikuk kesibukan berkaitan dengan suasana lebaran.

Aneka rupa kesibukan yang membuat lelah. Kelelahan itu seakan terbayar dengan rasa suka cita penuh syukur. Mengiringi langkah mengharapkan bertemu kembali dengan Ramadan dan Idul Fitri selanjutnya.

Indahnya perayaan Idul Fitri sebelum wabah Corona.
Terasa aneh kalau lebaran tidak pulang. Purwokerto Pemalang bisa ditempuh melalui jalan darat tiga jam. “Masa tidak pulang”, bathinku bergumam sendiri. Padahal sebelum pindah tugas ke Purwokerto, tepatnya di luar Pulau Jawa, selalu diusahakan untuk bisa mudik. Bersilaturahmi dengan emak, kakak, adik, dan keluarga besar lainnya.

Aku sedih bukan karena lebaran tidak bisa pulang. Aku sedih karena harapan besar emak tidak bisa terpenuhi. Emak merupakan ladang amal bagiku. Keridhoan emak yang bisa menghantarkan aku ke sorga. Tapi apa boleh buat, antara aku dan negara juga ada perjanjian yang kuat. Sumpah jabatan yang tidak boleh dilanggar. Ya! Aku harus mencari soslusi. Mencari jalan terbaik. Emak tetap bahagia dan legowo dengan keadaan ini. Aku pun tetap patuh pada aturan yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Aku terus berpikir. Mencari solusi. Berharap keajaiban akan datang sebelum lebaran. Ya! Aku tak lelah berdoa. Tak malu meminta kepada Sang Pencipta. Semoga Corona cepat berlalu. Sebelum lebaran ada pengumuman istimewa kalo dunia sudah bebas dari Corona.

Tak satupun penduduk bumi yang menyangka. Dampak pandemi Corona begitu masif menyebar ke seluruh penjuru bumi. Semua penduduk jagat semesta dihimbau untuk sebisa mungkin berdiam di rumah. Membatasi segala bentuk interaksi dengan orang lain selain anggota keluarga satu rumah.

Pembatasan pergerakan dan mobilisasi penduduk berlaku bukan hanya bersifat lokal, tapi juga regional dan international. Hal ini bertujuan untuk lebih meminimalisir dampak wabah yang mematikan ini semakin meluas dan merajalela.

Begitu besar dampak yang dirasakan akibat wabah ini, terutama dalam aspek sosial kemasyarakatan, ekonomi dan budaya. Begitu sangat terasa dampak Corona di saat melaksanakan ibadah puasa Ramadan dan lebaran.

Ingatanku kembali ke emak. “Bagaimana agar bisa memberi pemahaman kepada emak?, pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang dalam alam pikiranku. Emak belum tau apa itu pandemi. Emak tidak tau apa itu Corona apalagi lockdown. Emak kini usianya sudah sangat sepuh. Pendengaran sudah mulai berkurang. Penglihatan tidak lagi sejernih dulu. Makan hanya dengan gusi karena giginya sudah tanggal semua.

Sedih memang, tapi aku tidak boleh larut dalam kesedihan. Aku hubungi kakak lewat telepon. Minta tolong untuk menjelaskan kepada emak. Aku tidak bisa pulang lebaran.

Emak mulai murung. Makan tidak enak. Tidur tidak nyenyak. Mendengar kabar, aku tidak pulang lebaran.

Emak selalu termenung. Memikirkan kenapa aku tidak pulang. Padahal jarak tempuh lumayan dekat. Bila dibandingkan dengan tempat tugas sebelumnya. Bathin emak bertanya-tanya. Dulu waktu tugas di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera bisa pulang lebaran. Kenapa sekarang cuma di Purwokerto tidak bisa pulang?

Kakak menjelaskan kepada emak. Apa itu pandemi? Apa itu Corona? Menjelaskan tentang bahaya Corona. Menjelaskan tanggung jawab seorang ASN kepada negara. Sumpah jabatan yang pernah diikrarkannya.

Akhirnya emak mulai sedikit paham. Dengan mata yang berkaca-kaca emak bilang’ “Yo wis le yen ora mulih ye rapopo, sing ati-ati wae yo le”.  “Yen wis ora ono Corona mandang mulih yo le?”. Akhirnya emak  ikhlas dan ridho

Kakak pun mengabariku. Puji dan syukur aku panjatkan. Alhamdulilah terus aku lantunkan.

Hatiku berkata, “Aku harus bisa mengganti kebahagiaan lebaran emak”. Aku mengirimkan paket lebaran berupa pakaian yang indah yang emak suka. Aku transfer uang lebih untuk emak.

Lebaran pun tiba. Aku video call emak di malam lebaran. Pun setelah sholat Ied. Emak memakai baju baru yang aku paketkan. Wajah emak sumringah. Emak kelihatan bahagia. Aku bahagia. Aku telah menepati dua perjanjian. Amanah dari Allah untuk membahagiakan emak tertunaikan. Perjanjian kerja dengan negara tetap dipatuhi.

Lebaran di Purwokerto aku  nikmati penuh arti. Aku masak agak banyak. Tetangga kanan kiri aku bagi. Aku bersilaturahmi dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Akan selalu ada jalan untuk sebuah kebaikan.

Semoga Corona segera menghilang sehingga lebaran tahun depan bisa dirayakan bersama emak tersayang.

Catatan:
Emak = Ibu
Le = Panggilan untuk anak laki-laki
Le riyoyo taun iki mulih opo ora = Nak lebaran tahun ini pulang apa tidak
Mugi-mugi saged wangsu = Mudah-mudahan bisa pulang
Yo wis le yen ora mulih ye rapopo, sing ati-ati wae yo le = Ya sudah kalo tidak bisa pulang tidak apa-apa
Yen wis ora ono Corona mandang mulih yo le = Kalo sudah tidak ada Corona cepat pulang  ya nak
Lockdown = ditutup
Sumringah = Ceria
Angpao = Amplop berisoi uang
Video call = Panggilan video
Transfer = Mengirim
ASN = Aparatur Sipil Negara

Credit : Warnoto



There are no comments

Add yours