handsanitizer

Sudut Pandang Handsy

Dulu aku hanya ada di tempat-tempat tertentu saja dan cuma segelintir yang membawa kaumku kemana-mana. Sekarang aku dan teman-temanku ada di mana-mana! Aku dipakai ketika manusia mau masuk ke gedung kantor, masuk pusat perbelanjaan, bahkan setelah menyentuh lembaran uang! Entah apa yang membuat aku sangat popular belakangan ini. Apakah manusia mulai menyadari arti pentingnya tangan yang hiegenis? Bisa jadi. Atau aku ini jadi tren yang sekarang digandrungi banyak orang. Wow, keren juga ya aku!

Perkenalkan nama aku Handsy. Aku adalah hand sanitizer untuk menjaga tangan tetap higienis. Badanku bening, tidak terlalu tinggi. Kalau kamu mau membersihkan tanganmu, tekan saja kepala aku dua kali, prrt prrt kemudian usap cairan pembersih itu ke tanganmu. Kemarin aku dibeli oleh seseorang bertitel Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa setelah berbulan-bulan diletakkan di gudang penyimpanan.

Aku sekarang berada di ruangan bertuliskan “Ruang Pelayanan KPPN Padang.” Oh iya, ruang layanan KPPN Padang ini bersih dan nyaman, serta harum. Ada bangku-bangku berwarna biru dan kuning, ada televisi besar, ada loket khusus ibu hamil, dan ruangannya dingin. Tapi, aku heran kenapa ruangan ini sepi sekali, padahal matahari masih tinggi di atas kepala. Biasanya dengan model ruangan seperti ini, banyak orang yang akan menunggu dipanggil nomor antriannya untuk dilayani. Tapi, sekarang ini tidak ada orang yang duduk di bangku biru dan kuning itu. Bahkan tidak ada yang duduk di tempat bertuliskan Palanta Sakato, padahal tempat itu kelihatan sangat nyaman.

Saat aku menoleh ke belakang meja, ternyata ada orang-orang yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Mata mereka terpaku ke layar komputer sembari memeriksa berkas-berkas. Sesekali mereka menekan kepala aku dan mengusapkan cairan pembersih tangan. Coba aku dengarkan apa yang mereka bicarakan.

“Wih, Lyssa, banyak sekali ini tumpukan SPM. Bisa-bisa kita lembur untuk Sabtu dan Minggu ini,” kata seorang laki-laki kepada teman perempuannya.

“Iya nih, Andi. Banyak banget SPM-nya. Mungkin kita akan lembur di hari libur nanti. Kalau gak, THR gak akan diterima tepat waktu oleh mitra kerja kita,” jawab seorang perempuan yang bernama Lyssa.

Kemudian mereka membicarakan makanan untuk disantap nanti sore, mengingat mereka sedang menjalankan ritual tidak makan dan tidak minum di bulan yang disebut Ramadhan. Onde mande! Sulit sekali jadi orang-orang ini. Di tengah matahari terik, mereka tidak boleh minum, dan harus berkutat dengan pekerjaan yang tidak ada habis-habisnya, sampai-sampai harus bekerja di hari libur.

“Saat pandemi seperti ini, semua serba sulit. Orang-orang terus berjuang bertahan hidup di tengah keterbatasan ruang gerak. Penyaluran THR ini semoga dapat memperbaiki daya beli masyarakat. Omong-omong soal THR, aku jadi ingat Eyangku di kampung. Biasanya aku menemani Eyang beli kain saat THR sudah turun untuk membuat baju hari raya. Tapi tahun ini sudah tahun kedua aku tidak bisa menemani Eyang membeli bahan untuk baju hari raya.” Kata Lyssa kepada Andi.

“Ya, kita mesti bersabar, Lys. Aku doakan Eyangmu dalam keadaan sehat, sampai nanti kamu bisa mudik. Kalau nanti THR-ku sudah cair, aku janji sama Ibu-ku untuk beliin daging agar dibuat rendang. Kamu harus coba rendang buatan Ibuku. Nanti di hari lebaran, kamu dan teman- teman mampir ke rumah aku ya! ” Tukas Andi antusias sembari menghibur Lyssa.

Ternyata THR yang mereka bicarakan ini bisa untuk membeli macam-macam hal, mulai bahan baju sampai makanan. Pantas saja THR ini dinanti-nanti semua orang. Mereka yang memiliki tugas untuk menyalurkannya juga terus bekerja keras untuk memastikan THR diterima tepat pada waktunya. Para punggawa penyalur THR ini juga tidak lupa menunjukkan sikap saling mendukung dan berbagi dengan satu sama lain. Wah, aku bangga bisa berada di tempat keren seperti ini!

Mereka yang sedang bekerja juga menutupi mulut dan hidungnya menggunakan masker. Mungkin karena pandemi penyakit seperti yang disebutkan Lyssa tadi. Aku rasa, itu jawaban kenapa kaumku kini ada di mana-mana. Itu karena orang-orang mulai memperhatikan kebersihan tangan untuk mencegah penyebaran penyakit. Manusia sedang menghadpi perang terhadap penyakit. Sepertinya, keadaan cukup serius bagi mereka.

Seorang perempuan kemudian datang menghampiri meja di mana aku berdiri. Bertuliskan dalam kalung tanda pengenalnya “Tisari Yona Geumila, Kepala KPPN Padang.”

“Selamat siang, Bu Yona,” sapa Andi dan Lyssa dengan ramah.

“Selamat siang, teman-teman. Bagaimana? SPM yang masuk di bawah jam 12 apakah sudah selesai semua? Tidak ada yang lewat dari satu jam, kan?” Tanya wanita yang dipanggil Bu Yona.

“Alhamdulillah, gak ada, Bu. Kita berusaha untuk menjaga janji layanan melalui koordinasi intensif dengan Seksi Bank agar SP2D selesai dalam waktu satu jam.”

“Syukurlah kalau begitu. Teman-teman tetap semangat ya puasanya. Nanti sore, jangan langsung pulang dulu. Kita akan mengadakan kegiatan bagi-bagi takjil ke warga sekitar. Jangan pesan makan dulu juga ya, Inshaa Allah nanti akan ada nasi kapau dari kantor,” kata Bu Yona.

“Alhamdulillah. Terima kasih, Bu Yona. Baru saja kita ngomongin mau buka puasa pakai apa nanti sore.” Jawab Lyssa dengan sumringah. Sebelum Bu Yona pergi menjauh, dia menekan kepalaku dua kali prrt prrt, lalu mengusapkan cairan pembersih ke tangannya.

Sore hari pun tiba, namun tempat ini masih terlihat ramai. Andi dan Lyssa secara bergantian membantu pembagian takjil di lingkungan kantor. Setelah lima jam aku berdiri di ruang pelayanan, seseorang membawa aku ke ruangan di dalam. Di sana banyak meja dan komputer. Orang-orang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sambil makan dan minum. Setelah itu, aku diletakkan di ruangan Seksi Bank.

“Ini pakai dulu hand sanitizer dari ruang FO soalnya punya Seksi Bank sudah habis. Biar gak terkena corona, sebelum makan kita harus bersihin tangan dulu.”

“Terima kasih, Pak Jaka. Hari ini ada retur SP2D untuk pencairan THR. Sepertinya karena merger tiga bank syariah, Pak. Saya akan coba koordinasi ke Bank tersebut agar tidak terjadi lagi retur dan memberi tahu satker agar melakukan perbaikan data rekening.” Kata seorang pegawai bernama Indri.

“Iya, terima kasih informasinya, Indri. Urusan pekerjaan kita lanjutkan setelah buka puasa ya. Sekarang kita makan dulu nasi kapau ini. Bapak sudah lapar. He he he…” Jawab Pak Jaka dengan senyum. Indri kemudian menekan kepala aku dua kali prrt prrt lalu membuka bungkus nasi kapau yang terlihat sangat lezat.

Kantor di mana aku ditempatkan sekarang ini, memiliki orang-orang yang hebat dan mereka mengemban tugas yang mulia. Walaupun di tengah kesulitan dan pandemi penyakit, mereka saling mendukung satu sama lain, saling mengingatkan dan tidak lupa membantu lingkungan sekitar. Aku rasa aku sangat beruntung bisa berada di sini. Mereka memiliki sinergi dan profesionalisme yang kuat. Aduh, ngomong apa pula aku ini! Semoga aku juga bisa membantu mereka agar tetap sehat biar bisa terus semangat menjalankan pekerjaan di KPPN Padang ini.



There are no comments

Add yours