Tak bisa kubayangkan ada yang bersumpah Padahal saat itu semuanya masih nusa yang terpisah Orang-orang membawa rempah Tanpa membaca Tan (Baca Selengkapnya)
Bayangan
Pupus
Senyum Keluarga tak terbeli
Aku, Sate Maranggi, dan Semangkuk Puisi di Musim yang Kalut
Labeling, Coba Berpikir Lagi Dua Kali
Kepada Kawanku Punggawa Keuangan Negara
Separuh Jiwaku Terhenti di Kertajaya, Sang Kereta Bersejarah
Dana Desa di Kawasan Megalitikum Tertua di Indonesia
Uzur
Lost in Papandayan
Artikel
Articles
Hari ini sudah tiga tahun kurang beberapa hari kamu meninggalkanku. Hitungan tepatnya aku tahu, namun biarlah itu menjadi rahasia kita (Baca Selengkapnya)
Tak ada hari esok untuk kita Setidaknya hanya sekarang yang bisa kita rasa Karena hanya diriku yang mampu bertanya mengapa (Baca Selengkapnya)
Sungguh, demi matahari yang setia pada bumi Pada setiap cahaya yang menembus langit Dan pada warna yang memberi kita arti (Baca Selengkapnya)
Sreenggg…… demikian kernyit gerbang rumah ku buka. Seketika di balik daun-daun pintu jelas terdengar serentak “Yeee… Abi pulang, Abi pulang!” (Baca Selengkapnya)
… dan percakapan tentang apa yang paling berharga dalam hidup tersesap hangat pada secangkir kopi Abun dan roti bakar Srikaya (Baca Selengkapnya)
Di tengah musim yang kalut Aku memesan seporsi sate maranggi dan semangkuk puisi Dalam sekali duduk Tandas tak tersisa rasa (Baca Selengkapnya)
Labeling bisa diartikan pemberian label atau cap kepada orang lain. Biasanya berkonotasi negatif atau memberikan predikat buruk pada orang lain. (Baca Selengkapnya)
Karya: Fahmi Trisnadi, Setditjen Perbendaharaan Kepada kawanku punggawa keuangan negara Oktober 2004 (1) Titik awal sinergi tertancap Reformasi keuangan negara (Baca Selengkapnya)
Perkenalkan, saya adalah salah satu rombongan PJKA yang masih setia hingga saat ini. Di kala yang lain sudah beralih dengan (Baca Selengkapnya)
Ketika sedang dalam perjalanan, saya sering kepikiran, takdir apa yang sampai membuat sampai ditugaskan di Poso, Sulawesi Tengah. Daerah yang (Baca Selengkapnya)
Selepas orang-orang turun dari langgar, Kang Parman datang ke rumahku dengan baju lusuh berbau keringat. Kulihat jumlah cobek batu yang (Baca Selengkapnya)
