running

Perjalanan 24 Tahun Mengabdi Sebagai PNS Kemenkeu

Ibarat goresan pena di buku tulis putih yang masih baru, kami menuliskan kisah kehidupan 24 tahun perjalanan mengabdi sebagai PNS Kementerian Keuangan. Diawali dengan penugasan di Bali tujuan wisata dunia dimana banyak turis asing berdatangan. Suatu anugerah tak terhingga atas penugasan pertama di Denpasar. Sujud syukur setelah menerima amplop coklat berisi penempatan dinas di Pulau Dewata. Dengan penuh semangat kerja sebagai pelaksana apa saja telah kami lakukan dari kedinasan, non kedinasan, olahraga, kesenian, keagamaan, hingga wisata keliling Bali. Dari Tanah Lot, Uluwatu, Besakih, Bedugul, air terjun Git-Git, Kintamani, Ubud dengan maha karya seni lukis, seni ukir dan perak, Sangeh hutan alami banyak keranya, Garuda Wisnu Kencana, Nusa Dua yang mempesona, Tanjung Benoa, Air Sanih, Pantai Lovina Singaraja, Sanur pantai sunrise hingga menikmati sunset Pantai Kuta. Dengan catatan dikemudian hari beberapa Pantai terkenal bermunculan seperti Pantai Pandawa, Padang-padang, Balangan, Seminyak, Karma Kandara, Menjangan Bali Barat hingga Dreamland. Tidak kalah terkenal makanan dan tempat kuliner Pantai Jimbaran yang spektakuler. Kami juga bisa menikmati Tari Barong, Tari Legong, Tari Pendet hingga Tari Kecak dengan decak kagum penonton.

Di Pulau Dewata kami mengenal budaya lokal dan menikmati dengan prinsip saling menghormati serta saling toleransi. Kami warga minoritas bisa hidup damai, tenang, aman, berdampingan saling mengasihi dan menghargai. Suatu saat motor kami tidak sengaja menabrak canang/sesajen hingga tak bisa jalan, setelah dibacakan ayat tertentu bisa jalan kembali. Saat lebaran haji kami menikmati suasana sholat Idul Adha di lapangan Puputan Badung sampai membeludak hingga jamaah terus berdatangan sampai tidak muat hingga ada yang sholat di depan imam. Suasana Nyepi benar-benar ikut merasakan  sepinya Bali, pekatnya malam tak ada sinar hingga tak bisa keluar rumah. Kejadian menarik pedagang kain asal Solo membawa kain Solo disablon tulisan Bali, dijajakan di hotel dan dibeli rombongan wisata dari Solo. Apabila mau berdagang, Bali tempat usaha prospek. 5 tahun sudah menikmati Bali sebagai tempat tugas, banyak pelajaran berharga didapat. Kekeluargaan, kebersamaan di kantor dan luar kantor.

Pelajaran yang kami petik dari tugas di Bali antara lain ikut memaknai Nyepi, mengagumi budaya Bali yang luar biasa, indahnya menikmati pantai dan tempat wisata dunia, bermacam souvenir hasil kerajinan ukir, lukis, perak, kaos, kipas, toleransi beragama saling menjaga, menghormati dan menghargai. Bersyukurnya kami bisa bertugas di Pulau idaman turis asing yang rela mengeluarkan banyak dollar, sedangkan kita bisa menikmati hanya dengan selembar Surat Keputusan Mutasi.

Sewu Kutho 

Ibarat seribu kota sudah kami lewati seperti syair lagu Didi Kempot yang lagi viral. Perjalanan panjang melaksanakan tugas di seluruh Nusantara. Dari Denpasar, Tabanan, Gianyar, Badung, Amlapura, Singaraja, Negara, Lombok, Selong, Sumbawa Besar, Semarang, Tegal, Cilacap, Banyumas, Wonosobo dan semua Kota di Jawa Tengah dan semua kota di Jawa Timur, Bandung dan sebagian Jawa Barat, DKI Jakarta, Palembang dan Sumatera Selatan, Riau, Tanjung Pinang, Batam, Ranai dan sebagian Kepulauan Riau, Ketapang, Pontianak, Singkawang dan sebagian Kalimantan Barat, Berau, Balipapan, Samarinda dan sebagian Kalimantan Timur, Tanjung selor dan sebagian Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Ambon, Tual dan sebagian Maluku hingga kota-kota yang ada di Sulawesi Tenggara seperti Kendari, Kolaka, Bau-Bau, Kolaka Timur, Konawe dan Konawe Utara.

Begitu juga dari Bandara ke Bandara telah kami singgahi. Dari Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bandara Komodo Labuhan Bajo, Rahadi Oesman Ketapang, Kalimarau Berau, Juwata Tarakan, Pattimura Ambon, Karel Sadsuitubun Langgur Tual, Hang Nadim Batam, Raja Haji Fisabillillah Tanjungpinang, Ranai Natuna, Minangkabau Padang, Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, hingga Bandara Haluoleu Kendari. Dari Pelabuhan-pelabuhan, Stasiun-stasiun, dan beberapa Terminal juga telah kami lalui. Juga berapa hotel sudah tidak terhitung kami telah menginap.

Betapa telah banyak materi yang kami keluarkan kalau dihitung dengan uang. Baik dibiayai negara maupun biaya sendiri. Akan tetapi karena mengabdi pada negeri ini tetap kami jalani dengan penuh semangat dan senang hati. Telah banyak pelajaran yang kami petik dari perjalanan panjang ini. Kisah memindahkan sekolah anak yang berpindah-pindah hingga anak kelas 10 telah 10 kali pindah sekolah, kisah menjual barang-barang di tempat lama dan membeli barang-barang yang sama di tempat baru. Kisah perjalanan darat, udara dan laut. Semua dilakukan dengan ikhlas.

Badhe Dhahar Menopo Mas

Ada yang menarik sewaktu menginjakkan kaki pertama di Kalimantan tepatnya Kabupaten Berau kotanya Tanjungredeb. Sewaktu makan di warung ditanya pemilik, badhe dhahar menopo mas? (mau makan apa mas?). Ini menunjukkan orang Jawa ada dimana-mana. Mereka banyak usaha dagang dan buka warung makan. Di Tanjung redeb pula kami pernah menempuh perjalanan ke Balikpapan selama 24 jam lebih melewati kedalaman hutan belantara diantara kayu-kayu besar di kanan kiri jalan. Jauh  melewati rumah dan perkampungan. Hingga jalan rusak parah bahkan sesekali ikut mendorong Bus yang kami tumpangi.  Betapa luasnya Kabupaten Berau seluas satu Provinsi di Pulau Jawa. Sebetulnya dari Balikpapan bisa ditempuh pesawat baling-baling tetapi terbatas kursi dan apabila rusak tidak terbang walau tiket di tangan. Pernah suatu hari dicancel hingga harus melalui udara tarakan lanjut melewati laut hingga sungai dan darat menuju Berau. Banyak barang dagangan buatan Malaysia dimana dikirim dengan transportasi sungai hingga mengalahkan barang produksi dalam negeri.

Kata orang kalau sudah pernah minum air Kalimantan akan balik lagi ke Kalimantan. Entah mitos apa fakta yang jelas kami setelah keluar Kalimantan sesaat bisa balik lagi. Kali ini ke Kalimantan Barat tepatnya di Kabupaten Ketapang. Bubur pedas dengan sayur khas dan pecal makanan khas Ketapang tiada duanya di negeri ini. Disana banyak orang Jawa dan Madura, bahkan orang Madura mendominasi usaha dagang di pasar tradisional. Di Ketapang kami mulai menjalani reformasi keuangan sesungguhnya. Melawan korupsi, nepotisme, teror, iming-iming uang, barang, tiket dan fasilitas lainnya yang ditujukan ke kami selaku KPA sekaligus PPK dalam pengadaan barang dan jasa, juga kepada Panitia Pengadaan Barang dan Jasa. Namun semuanya bisa kami tolak dan lalui dengan selamat tanpa hambatan. Integritas sebagai PNS atau ASN kami utamakan. Kode etik dan nilai-nilai Kementerian Keuangan kami jalankan.

Durian Suli dan Sukun Paling Enak Se-Indonesia

Toleransi beragama di Ambon antara warga muslim dan Kristen pasca kerusuhan terjaga dengan baik. “Walau kulitku hitam tapi hatiku tetap putih”, begitulah pesan pegawai asli Ambon. Sebagai orang timur mereka biasa menyapa ”Selamat Pagi, Selamat Siang dan Selamat Sore” mengamalkan budaya organisasi ketiga tiga salam satu hari. Pegawai mengucapkan salam jarang ditemui di daerah lain.  Selama di Ambon pernah sebagai Panitia STAN selama 3 kali, selama itu pula tak satupun peserta yang lulus. Hingga mengusulkan peserta Afirmasi dari Ambon bisa diterima dan ditempatkan di Maluku. Daripada pegawai dari luar Maluku ditempatkan di Masohi, Tual dan Saumlaki tidak betah dan ingin keluar.

Pengalaman lain mengurus usulan naik pangkat, pensiun, Karis/Karsu, Karpeg ataupun database kepegawaian di BKN Makassar, ada seorang pegawai satu tahun sejak pensiun SK Pensiun belum keluar. Saat itu pula kami mengurus menelusuri berkas sejauh mana telah diproses. Ternyata catatan BKN ada yang belum lengkap tetapi berkas tidak dikembalikan, tidak diproses, dan tidak diberitahukan hanya didiamkan saja. Kami telusuri satu per satu, kami urai satu demi satu, masuk dari bidang teknis dan bagian tata usaha akhirnya semua urusan bisa diselesaikan. Kami membuka jalan bagi staf kami untuk pengurusan kepegawaian selanjutnya. Yang paling enak di Ambon mencicipi Durian Suli dan Sukun dengan pohon di pinggir laut begitu nikmat rasanya, legit dan enak.  Tiada duanya di negeri ini rasa Durian Suli dan Sukun Ambon. Bahkan Sukun ini seringkali dibawa sebagai buah tangan ke Jakarta.

Kisah Naik Perahu Hampir Terbalik 

Saat bertugas di Tanjungpinang terdapat daerah Lagoi namanya dengan praktek transaksi memakai Dollar Singapura. Lagoi kawasan ekslusif di Pulau Bintan dengan kawasan wisata, kuliner dan hotel. Sebagai bagian wilayah NKRI seharusnya transaksi memakai Rupiah tidak boleh memakai mata uang asing. Suatu saat kami bertugas monev Bank Persepsi ke Pulau Lingga Singkep kira-kira 3 jam perjalanan laut dari Tanjungpinang terdapat kejadian tak terlupakan. Saat itu cuaca kurang bagus tetapi nekat naik perahu kecil isi 6 orang berangkat menyebarang dari Lingga ke singkep hingga terkena hantaman ombak besar sampai perahu miring 90 derajat dan hampir terbalik. Kami sudah berpikir masuk berita Koran esok hari, syukur masih diberi pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Di Tanjung pinang pula kami ikut membidani lahirnya Kanwil Kepri, dari mengurusi tanah hibah Pemda, sewa gedung kantor, dan pinjam mess Angkatan Laut 3 bulan yang akhirnya sampai 3 tahun dipinjam karena para pegawai merasa betah tinggal. KPPN Tanjungpinang terdapat layanan filial di Ranai Natuna perbatasan Vietnam. Setiap tanggal 1 s.d. 15 tiap bulan, 2 atau 3 pegawai bertugas di Natuna untuk layanan KPPN filial. Beragam cerita senang dan sedih selama bertugas disana. Dari penuturan satker yang merasa senang terbantu dengan layanan filial sampai mahalnya harga barang kebutuhan karena musim ombak dimana kapal barang tidak bisa berlayar ke Natuna.  Di KPPN Tanjungpinang ini pula kami diuji integritas para pegawai, dari sekedar jamuan makan sebagai tanda pertemanan sampai iming-iming tiket dan fasilitas lainnya. Tapi kami tidak ada kompromi, disiplin kami tegakkan, integritas kami jalankan hingga tak ada pemberian dari satker yang dilayani.

Bersyukur Saat Tugas di Pulau Jawa

Diawali menginjakkan kaki di Surabaya setelah berkelana dari ujung timur Indonesia hingga  bagian barat Sumatera. Banyak kesempatan dilalui di Jatim, mulai tugas mengelola APBN Provinsi Jatim beserta Reviu Pelaksanaan Anggaran dengan ribuan satuan kerja dan puluhan BLU. Mengunjungi 15 KPPN, monev dan acara forum bersama BLU dan kunjungan kerja ke satker. Tak lupa kunjungan wisata dari Bromo, kawah Ijen, pantai Banyuwangi yang mempesona, Pantai Klayar dan seribu goa Pacitan, makam Bung Karno, mencicipi pecel Madiun, Wisata religi Sunan, sampai bebek sinjay dan tempat wisata menarik lainnya di Madura, Api Kayangan Bojonegoro, Simpanglima Gumul Kediri hingga wisata eksotis di Batu Malang petik apel di kebunnya.  Disini pula akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana setelah di beberapa kota sebelumnya tidak ada pendidikan S2.

Goresan berlanjut di Jateng tepatnya di Kota Lunpia Semarang. Banyak hal dikerjakan dari  monev dana desa, melihat dari dekat kemajuan desa mandiri, desa wisata umbul, desa penghasil susu, desa nelayan unggulan, desa batik, desa keripik, hingga desa mangrove. Kunjungan ke nasabah KUR dan UMi yang berhasil, dari pabrik mie soon dengan 2 pabriknya, pengrajin gitar akustik maupun elektrik melayani sampai mancanegara, juragan batik, peternak lele, pembuat ikan asin, pengrajin mebelair, pedagang pasar hingga ke usaha Ibu-Ibu nasabah Meekar PNM dan Ibu penjual sayur nasabah UMi Pegadaian.   Saat bertugas di pulau Jawa ini pula jatah cuti 24 hari masih utuh karena tak pernah diambil.

Hingga saat kami bertugas di Sulawesi Tenggara dengan dikelilingi pantai dan melimpahnya  ikan laut.  Provinsi yang masih perlu pembenahan infrastruktur dan fasilitas lain. Di beberapa ruas jalan kabupaten rusak parah karena angkutan pertambangan. Satker Pelaksanaan Jalan Nasional tidak cukup mendanai karena panjangnya jalan yang rusak.  Provinsi ini perlu pengembangan potensi wisata dengan dukungan dana desa hingga terbentuk desa wisata baru.  Wakatobi sebagai destinasi wisata dunia perlu didukung even pariwisata supaya turis berdatangan. Program unggulan pemerintah perlu dukungan dana APBN/APBD agar Provinsi ini berkembang dan maju. Kegiatan sosial kultural dengan memberi bantuan buku bacaan anak ke suku pinggiran Bajo agar lebih maju pendidikan dan pola pikirnya. Selain itu  melaksanakan gerakan pengenalan APBN kepada mahasiswa, siswa SMA maupun masyarakat pinggiran. Terdapat pula kegiatan perbendaharaan berbagi sembako kepada masyarakat sekitar kantor Perwakilan Kemenkeu terdampak Covid-19, pelaku UMKM terdampak covid-19, dan PPNPN.

Itulah sekelumit perjalanan kami goreskan di tinta ini. Entah kemana lagi kaki akan melangkah mengikuti selembar Surat Keputusan selanjutnya. Goresan tinta perjalanan masih berlanjut ke halaman-halaman berikutnya. Banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang bisa kami petik. Semoga bisa dijadikan referensi bagi adik-adik ASN terutama generasi milenial untuk mengarungi bahtera kehidupan sebagai ASN Kementerian Keuangan terutama di Ditjen Perbendaharaan.

 

Penulis :

Joko Pramono – Kabag Umum Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara



There are no comments

Add yours