Senyum Keluarga tak terbeli

Sreenggg…… demikian kernyit gerbang rumah ku buka.
Seketika di balik daun-daun pintu jelas terdengar serentak
“Yeee… Abi pulang, Abi pulang!”

Lalu, mereka membuka pintu, menyambut dengan senyuman.
”Kok pulang cepet hari ini, Bi?” tanya Za, si anak sulung.
”Biasanya kan Abi pulang malam terus,” kejarnya.

Sambil ku buka helm dan jas hujan yang basah.
Ku hampiri dan ku bisikkan, ”Iya, Nak. Alhamdulillah bisa pulang sore.
Jadi kita bisa makan tongseng bersama,” jawabku disambut riuh ketiga anakku.

Kawan, bagaimana suasana keluarga kalian.
Apakah ada anak-anak yang selalu menantikan kepulangan,
atau istri yang menunggu dengan senyuman.
Di dalam bilik-bilik rumah kita ada rezeki yang paling nikmat.
Rezeki berkumpul bersama, bercanda sesukanya,
bermain penuh suka cita, menguatkan saat duka,
memotivasi saat ujian melanda.

Sobat, bagaimana keluarga kalian.
Apakah dipenuhi masalah,
ataukah hubungan yang melapuk parah,
ataukah sulit mengerjakan ibadah-ibadah sunnah,
atau anak-anak yang sering membuat susah?

Teman, mari kita lihat kembali rizki yang kita terima.
Adakah yang masih kotor terbawa.
Misal lembur yang tak sepenuhnya,
contoh dinas luar yang justru banyak bertamasya,
atau jam kerja yang masih kita berleha-leha.

Puakhi, bisa jadi itulah penyebabnya.
Berbagai kenikmatan keluarga yang harusnya kita reguk,
justru nestapa yang kita geluti.
Ya bisa jadi, kita masih lalai pada amanah di pundak-pundak kita.
Bisa jadi berbagai kesulitan itu karena kenikmatan
yang kita peroleh melalui jalan yang tidak seharusnya.
Mungkin saja kita khilaf untuk selalu menjaga niat, proses, dan tujuan kita.
Dampaknya, keberkahan keluarga tercerabut.

Dulur, coba kita tengok juga sahabat-sahabat lainnya.
Walau hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kemewahan.
Namun kemesraan hubungan nampak dari raut-raut wajahnya.
Suami-istri saling takdzim memuliakan. Anak-anak tumbuh sehat dan membanggakan.
Atau juga mereka menhadapi cobaan belum memiliki momomgan, tetap sabar dan saling menguatkan.
Itulah keberkahan yang kadang kita sendiri lalai menghayati

Kehidupan muslim itu sungguh istimewa.
Suci sejak berniat, menjaga saat berproses, bersyukur dan tawakal menghadapi hasil.

Kehidupan muslim itu ajaib.
Kenikmatannya membawa keberkahan buat sesama, ujiannya membagi motivasi untuk saling mengisi.

Kehidupan muslim itu membanggakan.
Mereka yang tak perlah lapuk dalam pengabdian, pengorbanan dan kecintaan pada sesama.

Bagaimana dengan kita? Jalan apa yang kita pilih?

Bekerjanya muslim itu ajaib.
Kenikmatannya membawa keberkahan buat sesama, ujiannya membagi motivasi untuk saling mengisi.